![]() |
GridOto.com Gambar hanya ilustrasi |
Akhir-akhir ini motor generasi 90an mulai dilirik pecinta motor klasik untuk dikoleksi. Sebut saja astrea grand/prima, yamaha F1ZR, suzuki satria hiu, dsb
Nahh.. Kebetulah saya punya adik tingkatnya motor diatas, yaitu honda supra fit keluaran 2000an awal (lebih tepatnya 2004). Motor ini saya jadikan sarana latian untuk merawat motor klasik, bagaimana sih rasanya dan tantangannya?
Sebelumnya saya akan bercerita asal mula motor ini, dan alasan saya mau merawatnya
Motor ini saya punyai dalam kondisi seken, dibelikan ibu saya sebagai sarana transportasi untuk kuliah. Satu-satunya alasan kenapa motor ini yang dibeli, ya karena waktu itu motor ini yang termurah di diler motor bekas yang saya kunjungi.
Kemudian mengapa saya memutuskan mau merawatnya?
Pertama karena ini motor memiliki sejarah panjang di Indonesia, siapa sih yang nggak kenal motor yang mencium bau bensin saja bisa jalan, saking iritnya. Jadi saya rasa, sangat prospek untuk dijadikan koleksi
Alasan berikutnya dulu ketika jaman SMA saya pernah nyeletuk begini le ibu saya 'bu aku mbok tukokke motor klasik' ketika membaca review harley davidson lawas di koran.
Lantas ibu saya menjawab, 'la ngopo tak tukokke? motormu kui, mbok nengke wae nak sue2 yo dadi motor klasik'
Yups its magic word. Sejak saat itu saya bertekad merawat motor ini secara total, bahkan merestorasi.
Dan disinilah tantangan itu dimulai:
Banyak part rewel
Ya ini jelas sih, namanya juga motor tua pasti banyak yang rewel. Tapi entah kenapa saya merasa ini motor manjanya kebangeten, persis setelah saya berikrar mau merawatnya.
Dimulai dari spul kebakar, lanjut shock belakang mati, disambung rantai keteng minta ganti, plus head silinder yang minta ke tukang bubut karena lubang busi dol. Dan itu semua terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Sekarang ketika blog ini ditulis, motor pun masih manja minta sekernya dibenerin.
Kudu peka
Karena motor ini semua teknologinya mekanikal, jadi sang rider kudu peka ini motor rusaknya di bagian apa.
Nggak bisa kita ke bengkel terus bilang: 'mas mau servis' lalu sang montir nyolok komputer ke ECU untuk mendeteksi kerusakan.
Yang ada ketika di bengkel, bilangnya: 'mas ni motor di tarikan atas begini, kalau belok begini, bla...bla..' harus detil
Service yang tricky
Konsekuensi dari teknologi mekanikal adalah, ketika servis full mengandalkan feeling, skill, dan pengalaman montir, nggak bisa pake analisa komputer.
Untuk nyetel rantai keteng saja, saya harus pergi ke 3 bengkel yang berbeda. Mungkin montir-montir muda belum biasa ya, pegang motor beginian hehe.
Sejauh ini saya belum nyoba ke bengkel resmi sih, mungkin next time
Part mahal dan susah dibanding motor baru
Untuk motor tua sih, supra fit partnya nggak susah-susah amat, tapi harganya itu lumayan agak mahal dibanding motor baru, mungkin karena demandnya sedikit.
Tapi ada beberapa part sih yang cukup susah, yaitu di sektor body. Saya masih belum nemu part body yang ori, mungkin kalo nggak ketemu, harus 3D printing sendiri kali 😨
Berkompromi dengan teknologi jadul
Ketika mengendarainya motor ini tentu beda rasanya dengan motor baru.
Body yang geter, tarikan yang gak sealus motor baru, rantai yang kricik-kricik, dsb. Ya mau bagaimana lagi, teknologinya belum semaju motor sekarang
Namun dibalik tantangan-tantangan diatas, ada lho pengalaman berkesannya
0 komentar:
Posting Komentar