Ketetapan hati dan keikhlasan dalam merawat motor klasik (baca:tua)

Minggu, 12 September 2021 0 komentar
GridOto.com
Gambar hanya ilustrasi


Akhir-akhir ini motor generasi 90an mulai dilirik pecinta motor klasik untuk dikoleksi. Sebut saja astrea grand/prima, yamaha F1ZR, suzuki satria hiu, dsb

Nahh.. Kebetulah saya punya adik tingkatnya motor diatas, yaitu honda supra fit keluaran 2000an awal (lebih tepatnya 2004). Motor ini saya jadikan sarana latian untuk merawat motor klasik, bagaimana sih rasanya dan tantangannya?

Sebelumnya saya akan bercerita asal mula motor ini, dan alasan saya mau merawatnya

Motor ini saya punyai dalam kondisi seken, dibelikan ibu saya sebagai sarana transportasi untuk kuliah. Satu-satunya alasan kenapa motor ini yang dibeli, ya karena waktu itu motor ini yang termurah di diler motor bekas yang saya kunjungi. 

Kemudian mengapa saya memutuskan mau merawatnya?

Pertama karena ini motor memiliki sejarah panjang di Indonesia, siapa sih yang nggak kenal motor yang mencium bau bensin saja bisa jalan, saking iritnya. Jadi saya rasa, sangat prospek untuk dijadikan koleksi

Alasan berikutnya dulu ketika jaman SMA saya pernah nyeletuk begini le ibu saya 'bu aku mbok tukokke motor klasik' ketika membaca review harley davidson lawas di koran. 

Lantas ibu saya menjawab, 'la ngopo tak tukokke? motormu kui, mbok nengke wae nak sue2 yo dadi motor klasik' 

Yups its magic word. Sejak saat itu saya bertekad merawat motor ini secara total, bahkan merestorasi. 

Dan disinilah tantangan itu dimulai:

Banyak part rewel

Ya ini jelas sih, namanya juga motor tua pasti banyak yang rewel. Tapi entah kenapa saya merasa ini motor manjanya kebangeten, persis setelah saya berikrar mau merawatnya. 

Dimulai dari spul kebakar, lanjut shock belakang mati, disambung rantai keteng minta ganti, plus head silinder yang minta ke tukang bubut karena lubang busi dol. Dan itu semua terjadi dalam waktu beberapa bulan saja. Sekarang ketika blog ini ditulis, motor pun masih manja minta sekernya dibenerin.

Kudu peka 

Karena motor ini semua teknologinya mekanikal, jadi sang rider kudu peka ini motor rusaknya di bagian apa. 

Nggak bisa kita ke bengkel terus bilang: 'mas mau servis' lalu sang montir nyolok komputer ke ECU untuk mendeteksi kerusakan. 

Yang ada ketika di bengkel, bilangnya: 'mas ni motor di tarikan atas begini, kalau belok begini, bla...bla..' harus detil

Service yang tricky

Konsekuensi dari teknologi mekanikal adalah, ketika servis full mengandalkan feeling, skill, dan pengalaman montir, nggak bisa pake analisa komputer. 

Untuk nyetel rantai keteng saja, saya harus pergi ke 3 bengkel yang berbeda. Mungkin montir-montir muda belum biasa ya, pegang motor beginian hehe. 

Sejauh ini saya belum nyoba ke bengkel resmi sih, mungkin next time 

Part mahal dan susah dibanding motor baru

Untuk motor tua sih, supra fit partnya nggak susah-susah amat, tapi harganya itu lumayan agak mahal dibanding motor baru, mungkin karena demandnya sedikit. 

Tapi ada beberapa part sih yang cukup susah, yaitu di sektor body. Saya masih belum nemu part body yang ori, mungkin kalo nggak ketemu, harus 3D printing sendiri kali 😨

Berkompromi dengan teknologi jadul

Ketika mengendarainya motor ini tentu beda rasanya dengan motor baru. 

Body yang geter, tarikan yang gak sealus motor baru, rantai yang kricik-kricik, dsb. Ya mau bagaimana lagi, teknologinya belum semaju motor sekarang


Namun dibalik tantangan-tantangan diatas, ada lho pengalaman berkesannya


Nostalgia

Mengendarainya motor ini seperti menaiki time mechine, membuat ingatan saya kembali ke beberapa belas atau puluh tahun lalu, di era 90 akhir atau 2000awal, dimana motor ini banyak digunakan untuk mengantar anak sekolah, pergi ke kantor, berbelanja, dll. 

Di notice orang

Ininih yang menurut saya paling menarik, dilihatin orang, ya bisa show off dikit lah di jalan. Bahkan sering ketika parkir di tanya: 'wah tahun berapa ni mas? Masih mulus ya' 
Mungkin mereka dulunya adalah orang yang pernah punya atau setidaknya pernah mengendarai motor ini, dan ingatannya terbuka kembali ketika melihat motor saya hehe

Enjoy to ride

Seperti yang sudah saya bilang di atas merawat motor ini kudu peka,sehingga saya pun seolah menyatu dengan motor saya, jadi ya.. Sangat enjoy mengendarainya

Oke jadi itulah pengalaman saya merawat motor tua, syukur-syukur bisa sampe tahap restorasi

Jadi intinya perlu ketetapan hati dan niat yang kuat dalam merawatnya, karena ada berbagai tantangan yang dihadapi, dan diperlukan hati yang ikhlas juga dalam menghadapinya.


0 komentar:

 

©Copyright 2011 Diewha Gredianto | TNB