Mengenang modem stik, penyedia jaringan internet di laptop sebelum titik hotspot menjamur

Senin, 16 Agustus 2021 0 komentar


Tokopedia.com


"Mas password wifinya apa ya?" atau "eh password wifinya apaan?" kalimat itu sering muncul ketika sedang mengerjakan tugas di coffee shop atau di kos temen. 

Ya maklum, diperlukan jaringan internet untuk mencari data-data referensi. 

Tapi sekitar 10 tahun kalimat yang muncul kira2 begini 

"eh ada yang bawa modem nggak?" atau "eh aku pinjam modem kamu dong" 


***


Di tahun 2011, ketika menjadi mahasiswa baru, orang tua saya yang menginnginkan anaknya lancar di perkuliahan memfasilitasi anaknya dengan laptop, printer, dan sebuah modem stik. Benda terakhir adalah benda paling murah diantara ketiga benda tersebut, namun keguanannya sangat luar biasa 

Benda yang dibeli seharga 388ribu tersebut membuat laptop bisa memiliki jaringan internet dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun 

Benda ini mirip dengan flashdisk, namun didalamnya terdapat simcard, cara kerjanya cukup simple, tinggal colok ke laptop, klik aplikasinya, klik connect, dan laptop seketika memiliki jaringan internet 

Karena memiliki sim card tentu saja benda ini harus 'dipaketkan'. Saya waktu itu memilih paket internet 1GB unlimited per bulan seharga 35 ribu. 

Lah unlimited kok ada kuotanya? 

Maksudnya gini, itu paket memang ada kuotanya, tapi ketika kuotanya habis, tetap bisa dipakai tapi dengan kecepatan yang menurun. 

Ketika kotanya masih, streaming YouTube lancar jaya, namun ketika kuotanya habis, hanya kuat untuk browsing dan buka medsos, ya youtube sih bisa kebuka, tapi lemot banget. 

Bagi saya sih tak masalah, toh sejak awal membeli modem tersebut memang difungsikan untuk browsing2 di internet, lagi pula di tahun tersebut masih sedikit konten kreator di youtube, sehingga jarang membukanya

Ok sebagai mahasiswa tentunya ga luput dari itung2an biaya. 

Singkatnya paket modem ini seharga 35ribu lebih murah dari paket kuota blackberry seharga 50-75ribu

Dan bila dibandingkan dengan browsing-browsing di warnet (warung internet) jauh lebih murah. Ingat jaman itu titik hotspot belum banyak, ada sih di kampus, tapi hotspotnya PHP ada sinyalnya tapi gak bisa dipake, sehingga wanet masih menjadi tulang punggung dalam mengerjakan tugas

Waktu itu harga warnet perjamnya 3500, artinya jika memakai modem anda bebas internetan sepuasnya sebulan, sedangkan jika ke warnet, hanya bisa sepuluh jam saja perbulan, jauh banget kan

Belum lagi jika memasukkan unsur flesibilitas, modem jelas menang telak, karena bisa internetan di kamar, di kos temen, di warung burjo, dll. 

Bandingkan kalo di warnet yang bahkan harus antri dulu, ya jaman segitu antrean di warnet hal yang lumrah

Benda ini pun menjadi primadona ketika mengerjakan tugas bareng temen-temen, hingga tak jarang terdengar kalimat "eh ada yang bawa modem nggak?" atau "eh aku pinjam modem kamu dong" 

Alasan-alasan itulah yang membuat saya menyukai benda ini. 

Bahkan artikel di blog ini tahun 2011-2017 tercipta berkat sinyal yang dihasilkan oleh modem stik

Tak hanya itu beberapa lomba fotografi yang saya menangkan, mengirimkan file dan mencari referensi ide juga berkat modem tersebut. Dan yang terakhir kuliah saya yang tugas-tugasnya terselesaikan berkat modem tersebut sampai lulus.

 Namun sekarang modem jenis ini sedikit yang punya, karena titik hotspot sudah ada dimana-mana bahkan hampir semua kos mahasiswa menyediakan fasilitas hotspot, kalau pun nggak ada hotspot ya tinggal tethering dari HP aja. 

Oya, meskipun dulu harga modem dan paketannya yang terjangkau, sangat sedikit lho mahasiswa yang punya. Mungkin mahasiswa tersebut tidak melakukan itung-itungan efisiensi seperti saya, atau mahasiswa tersebut memang nggak pernah ngerjain tugas 



0 komentar:

 

©Copyright 2011 Diewha Gredianto | TNB