Ketika yang Tanpa Beban, Menjadi sang Pahlawan

Selasa, 03 Agustus 2021 0 komentar

 

Pasangan Ganda Putri Indonesia mendapatkan medali emas olimpiade tokyo 
sports.okezone.com

"waduh ngalamat 0 emas nih" begitu respon saya ketika minions gagal di perempat final badminton Olimpiade Tokyo. Ya maklum sektor ganda putra adalah nomor yang paling diunggulkan Indonesia untuk mendulang medali, dan terkhusus bagi pasangan Minions yang digadang-gadang membawa pulang medali emas.

Respon selanjutnya adalah "loh, kok isoh kalah?"

Karena lawangan Minions di perempat final adalah ganda Malaysia yang secara teori kualitasnya jauh di bawah minions.

Berita-berita mengantakan bahwa kekalahan Minions disebabkan oleh tekanan yang luar biasa dalam Olimpiade. Wajar sih, karena ini merupakan puncak olahraga multievent yang diselengarakan 4 tahun sekali, yang main pasti deg2an tuh.

Tapi minion sih masih mending, yang paling parah adalah kento momota, tunggal putra peringkat 1 dari Jepang, lolos fase grup pun enggak. Bukti bahwa tekanan di Olimpiade memang luar biasa

Kekawatiran kembali terjadi kalah pasangan ganda putra Indonesia yang lain, The daddies gagal merebut medali perunggu, pun kalah dengan ganda malaysia yang mengalahkan minions. Hmm.. Selain karena faktor usia, dalam permainan tersebut daddies kerap melakukan kesalahan sendiri, mungkin juga kena mental kayak minions

'wah kalo gini sih, jangankan emas, dapet medali aja udah bagus banget' pikir saya ketika melihat kenyataan nomor yang diunggulkan tak dapet medali

Untung ada Anthony Ginting, pebutangkis dari nomor tunggal putra, nomor kedua yang difavoritkan mendulang medali setelah ganda putra. Ginting sedikit memperpanjang asa Indonesia ketika lolos ke semifinal.

Namun Ginting gagal melangkah ke final setelah dikalahkan pebulu tang kis China. Ginting tampak tergesa-gesa dalam bermain, banyak melakukan kesalahan sendiri, kurang tenang, atau bisa dibilang tampak grogi. Ya gimana lagi, setelah ganda putra habis, beban mendapatkan medali jatuh ke dalam tangannya. Selain itu, memang, lawan Ginting di semifinal ini adalah orang yang kuat.

Namun sedikit kelegaan karena seenggak-enggaknya mendapatkan medali.

Adalah nomor ganda putri, nomor yang sebenarnya tak terlalu diunggulkan Indonesia dalam mendulang medali justru mampu ke final.

Ini rekor sih, jangankan final, ke semifinal Olimpiade saja wakil ganda putri Indonesia beluk pernah, wah hebat betul mereka. 

Oke, perak memang sudah dikunci, tapi akan lebih baik kalau emas.

Nah disini kekuatiran terjadi, 'duh muga2 mereka bebas dari tekanan dan bisa bermain lepas' begitu harapan saya.

Karena merekalah satu-satunya harapan Indonesia meraih medali emas, dari seluruh cabang olahraga, plus lawan yang dihadapi juga sangat berat, ganda China, rekor pertemuan dan peringkat berpihak pada ganda China

'gapapa deh, dapet perak' hibur saya sendiri ketika melihat pertandingan final, ya karena kemungkinan menang memang kecil diatas kertas

Namun yang terjadi justru sebaliknya, justru tekanan datang ke kubu China mereka kerap melakukan kesalahan sendiri, pemain Indonesia bermain lebih disiplin dan seolah nothing to lose. Dan akhirnya pertandingan dimenangi olah ganda putri Indonesia


Yess.. Medali emas justru datang dari nomor yang tak begitu diunggulkan.


Dan akhir dari tim badminton Indonesia ditutup oleh Anthony Ginting yang berhasil merebut medali perunggu. Ginting juga sama bermain tenang, dan lebih disiplin, berbeda dengan permainannya ketika kalah di semifinal

Ada 2 hal yang saya pelajari disini

1. Skills saja tidak cukup, perlu kesiapan mental dan ketenangan agar tidak membuat blunder


2. Jangan meremehkan orang yang tidak diunggulkan, karena dengan tanpa beban, mereka bisa bergerak dengan nothing to lose dan bahkan bisa menjadi penyelamat ketika yang diunggulkan tumbang

Ki-ka: Apriani Rahayu, Anthony Ginting, Greysia Polii 


Sekali lagi selamat untuk ganda putri Indonesia

Greysia Polii/Apriani Rahayu

Dan juga Anthony Ginting 


See you in Paris 2024


0 komentar:

 

©Copyright 2011 Diewha Gredianto | TNB