Film horor terlaris kok kurang seram?

Minggu, 29 Mei 2022 0 komentar


Film KKN di Desa Penari berhasil mengukuhkan diri sebagai film horor terlaris di Indonesia dengan pencapaian 8,4 juta penonton, mengalahkan film Pengabdi Setan dengan jumlah penonton 4,2 juta. Tak hanya itu angka tersebut sekaligus menjadikan film KKN di Desa Penari sebagai film terlaris di Indonesia, mengalahkan Warkop DKI Reborn dengan pencapaian 6,6 juta penonton. 

Nggak heran sih, karena film KKN di Desa Penari diangkat dari sebuah cerita yang sangat viral di tahun 2019, yang kemudian juga dinovelkan. 

Akan tetapi meskipun berhasil mengukuhkan sebagai film horor sekaligus film Indonesia terlaris, namun banyak yang berkomentar bahwa film tersebut kurang seram, lah kok bisa? 

Nah berikut kesan-kesan saya ketika menontonnya.. 

Namun sebelum itu, saya mau mentertawakan logika saya terlebih dahulu. 

Seperti yang saya bilang di atas bahwa film ini diangkat dari cerita yang viral, saya pun juga mengikuti cerita tersebut, nahh.. Logikanya ngapain saya nonton film yang udah tau ceritanya, ya bakalan spoiler abis-abisan dong wkwk. 

Dan faktanya ketika saya menonton film tersebut alur ceritanya plek ketiplek sama persis dengan cerita yang viral, bahkan saya bisa menebak oohhh habis ini adegan ini, habis ini adegan ini.., nggak hanya itu dialog penontonnya pun 90% mirip banget dengan dialog di cerita. Nah kalau gitu, kenapa ini film bisa menggaet jutaan penonton? Karena saya yakin sebagian besar orang yang menonton film ini pasti juga udah membaca ceritanya. 

Berikut analisa saya.. 

Pertama, banyak yang penasaran dengan visualisasinya, ketika saya membaca cerita yang melatar belakangi film ini, banyak imajinasi yang memenuhi kepala saya, seperti bentuk desa lokasi KKN, hutan yang dilewati mahasiswa KKN, sampai interaksi antar mahasiswa, jadi ketika tau cerita ini difilmkan langsung deh antusias, "eh kira-kira bentuk desanya kayak gimana ya di film? , bentuk hutannya kayak gimana ya di film? Ah nonton ah" mungkin itu juga sih yang ada di benak teman-teman yang menonton. 

Yang kedua, relate dengan kondisi mahasiswa, teman-teman yang menonton film ini kebanyakan usianya nggak jauh dari usia mahasiswa, dan tentunya mereka pernah merasakan KKN dong, atau setidaknya akan melaksanakan KKN. Nah mungkin film ini relate dengan pengalaman mereka di KKN, bagaimana bingungnya ketika masuk di desa baru, bagaimana canggungnya berinteraksi denngan warga, atau mungkin ada yang pernah mengalami hal mistis di KKN. Hal-hal tersebut mungkin menambah minat temen-temen untuk menontonnya, karena juga ada di dalam film ini. 

Yang ketiga, embel-embel uncut, Film KKN di Desa Penari rilis dengan embel-embel uncut yang katanya sih, ada adegan panasnya, makanya film ini ratingnya 17+, hal ini tentunya semakin menambah rasa penasaran penonton dong

Ok kembali ke topik "kurang seram" 

Kalau bisa saya bilang sih, film ini nilai jualnya ada di visualisasinya, banyak yang menonton karena penasaran visualisasinya. 

Nahh.. Hal inilah yang menjadi sasaran kritik penonton, nggak sesuai ekspektasi, atau gamblangnya kurang seram. 

Nah, kalau saya pribadi sih 50:50 antara memaklumi dan nggak memaklumi. 

Memaklumi karena, ya memang inilah kelemahan film yang diangkat dari cerita yang beredar atau novel. Imajinasi pembaca satu dengan yang lain tentunya berbeda, nah ketika di film, yang ditampilkan adalah imajinasi sutradara, tentunya beda dong, imajinasi sutradara nggak bisa mewakili imajinasi semua pembaca. Hal yang sama juga pernah saya alami ketika menonton film Harry Potter, ketika keluar bioskop respon saya langsung "hah kok gini, bagusan ketika baca novelnya" 

Oke sekarang ke bagian nggak memaklumi, menurut saya ada adegan yang wajib 'dapet banget' tapi nggak 'dapet' di film ini. 

Yang pertama adegan masuk hutan dan mogok di hutan, menurut saya adegannya harusnya lebih seram sih, lightingnya lebih dibuat dark lagi dan pemainnya harusnya dibuay lebih berekspresi kebingungan lagi. Adegan di film nggak jelek, cuman kurang aja

Yang kedua adegan kondangan, nah sumpah ini menurut saya paling payaaaaahhh sih, sumpah asli payah. 

Karena di adegan ini, sang setan utama badarawuhi muncul pertama kali secara gamblang di film dengan adegan menari bersama para antek-anteknya. 

Tapi yang muncul di film badarawuhinya mirip bintang tamu di event tari gitu loh, tau-tau nyelonong masuk terus nari. 

Please man, She is Goddess of forest!! Penguasa terkuat di hutan, harusnya pengikutnya nyembah-nyembah dulu kek, atau pake efek lighting yang menyorot badarawuhi secara dramatis, nggak nyelonong begitu aja. 

Yang ketiga yang nggak kalah payah adalah adegan 'panasnya' dengan embel-embel uncut tentunya ekspektasi saya tinggi dong. Ehh taunya cuma adegan ciuman bibir doang, itupun cuma sekali. Padahal yang memerankan adegan ini Aghniny Haque gitu loh, seseorang yang berhasil memerankan lesbian yang sangat erotis di web series Sianida, masak cuman cipokan doang, udah gitu pake embel-embel uncut pula. Kayak di prank nih ane wkwk

**masak nggak ada adegan bagusnya sih?**

Ada, tetep ada. 

Menurut saya adegan yang dapet banget pertama ada di adegan kamar mandi. 

Wah ini vibenya dapet sih, bagaimana letak kamar mandi yang terpencil, suasana lembab dan dingin disana, suara air yang diciduk, begitupula ketika badarawuhi secara samar menampakkan diri di kamar mandi tersebut, asli keren. Bahkan sempat membuat saya merinding kalau di kamar mandi, kebayang kalau-kalau mbak badarawuhi muncul dari belakang wkwk

Yang kedua adalah adegan endingnya, dimana sang tokoh utama menangisi kedua temannya yang sekarat karena sukmanya ditawan badarawuhi. 

Dapet sih vibenya, bahkan saya sempat terharu, karena saya yang pernah KKN ngerasa banget bahwa ikatan antar teman itu sangat kuat, jika ada teman yang kesusahan pasti yang lain ikut merasakan. 

Ok, begitulah kesan-kesan saya ketika menonton film ini

Jadi kesimpulannya, 

Film KKN di Desa Penari adalah film yang menjual visualisasi dan rasa penasaran, meskipun ada yang nggak sesuai dengan imajinasi penonton. Tapi meskipun begitu film ini masih layak ditonton karena nggak semua adegannya jelek. 



0 komentar:

 

©Copyright 2011 Diewha Gredianto | TNB